Saturday, August 07, 2004

Kompas

Kompas, alat penunjuk arah. Sebuah karya cipta sederhana manusia yang telah memberikan kontribusi tak ternilai pada peradaban. Benda ini jugalah yang selalu ada di dalam saku sang Einstein. Menurut beberapa buku, banyak renungan "gila" sang Profesor yang berasal dari benda ini.

Sore ini, aku membeli sebuah kompas. Entah mengapa, tapi aku merasa sangat senang sekali. Jujur, sudah lama sekali aku menginginkan alat ini, tapi baru sekarang bisa kesampaian. Tapi, jangan buat hal ini menjadikan penghubung kesamaan antara Aku dan sang Profesor. Cara pandang kita sudah beda, apalagi kemampuan otak, jelas beda!!

Mungkin sang profesor banyak terilhami dengan bagaimana alat itu bekerja. Dan mungkin renungan-renungan ilmiah gila lainnya. Tapi aku, hanya ingin melihatnya sebagai sebuah alat. Tak lebih dari sebuah penunjuk arah.

Mungkin kegembiraanku saat ini sangatlah beralasan. Disaat aku mencoba untuk kembali melangkah, aku tidak ingin tersesat lagi. Sudah cukup rasanya diri ini berjalan tanpa mengetahui arah. Karena hanya kehampaan dan bimbang yang menjadi teman perjalananku. Aku ingin benar-benar sadar akan kekinianku.

Ada rasa aman dan tenang karena aku tahu ke arah mana harus berpaling...
Surabaya, +(-) 130 derajat...
Delft, +(-) 260 derajat...
Amsterdam, +(-) 300 derajat...

Nb; yang jelas, jauh dekat dapet korting 40% dari NS... (^_^;)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home