semalam
Pagi ini aku terbangun dengan menyisakan segudang gundah dihati. Pagi, sebuah rangkaian jeda waktu yang terkait dengan sebuah awal, saat dimana manusia memulai perjalanan sebuah hari, untuk hati, diri dan mungkin dengki. Namun, pagi ini, ke-akuan-ku seakan memohon, “tak bisakah aku tak kau bawa serta, wahai sang waktu! Bolehkan aku sekedar terduduk pada rengkuhan semalam?!”
Semalam, ke-akuan-ku terkalahkan. Ke-akuan-ku tak lebih dari seorang anak kecil yang duduk di satu sudut, terpesona dan terbuai oleh malam yang berwarnakan keanggunan. Keanggunan yang sekian waktu telah terlupakan, tersisih dan tertutupi oleh kekinianku.
Keanggunan itu adalah bayangan seoarang perempuan, mahluk hawa yang penuh dengan kesederhanaan. Seperti dengan sengaja dia memikat sekitarnya dengan pesona dan wanginya.
Untukku, keindahan itu bukanlah sesuatu yang sempurna. Namun kemampuannya dalam memainkan antara keangkuhan dan kerendahan hati membuatnya seperti terbang, sangat tinggi, meninggalkan tanah dimana aku hanya bisa berpijak.
Dan dari sudut kamar ini lah, semalam, kurasakan kembali keanggunan itu.
“Keanggunan seorang wanita terletak pada keangkuahan dan kerendahan hatinya…”
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home