Friday, October 01, 2004

Rakha...

Dear Rakha,

Hari ini sebenernya tidak banyak yang terjadi dan layak untuk diceritakan. Atau lebih tepatnya aku tidak terlalu perduli, karena aku memang sedang gundah. Tapi, ada beberapa hal yang sepertinya memang layak untuk mendapat bagian dari sebuah perjalanan. Pagi ini, aku mendapat kabar dari Bundamu yang menceritakan tentang kamu.

Aku hanya bisa tersenyum membayangkan Bundamu saat itu. Bundamu juga bercerita betapa bangga dan cintanya dia padamu. Berbahagialah, Rakha, karena kamu memiliki seorang Bunda yang selalu ada di sisimu. Tiada orang yang paling beruntung selain orang yang sejak bayi, telah mendapatkan susu dari Bundanya.

Rakha, mungkin saat ini kamu masih belum bisa mengerjakan dan mengerti apa-apa selain menangis. Mungkin yang kamu tahu hanyalah meminta perhatian Bundamu. Mungkin duniamu saat ini tidak lebih dari susu Bunda.

Tapi Rakha, kamu juga harus tahu, tangismu itu adalah nyanyian. Tangismu itu adalah senandung pujian pada sang Khaliq. Semakin keras kau menangis, semakin indah warna dunia di sekitarmu. Mengigatkan kita akan siapa kita sebenarnya. Mengingatkan pada nilai kemurnian yang hanya mengharapkan ketulusan.

Rakha, dunia yang ada disekitarmu ini mungkin sangatlah kejam dan penuh muslihat. Aku sebenarnya ingin agar kamu tetap pada ke-tidak tahuan-mu saat ini. Dunia yang setidaknya hanya berwarna cinta. Tapi keinginanku ini adalah sesuatu yang salah. Bukannya kita tidak sayang sama kamu dan ingin menjerumuskan kamu. Ada sesuatu yang perlahan harus kamu mengerti. Sesuatu yang kita sebuat sebagai Sunnahtullah.

Rakha, perlahan kau harus membuka matamu pada warna-warna yang ada di dunia ini. Dua warna, hitam dan putih. Dan bila kau melihat kelabu, mungkin saat itu kamu harus memutuskan. Mungkin, pada saatnya nanti, Bundamu akan mengajarkan tentang warna-warna ini. Hitam atau putih.

Rakha, mungkin kamu bertanya-tanya, mengapa ada hitam dan putih dan hitam atau putih. Tidak ada yang salah dan benar pada kedua. Tidak ada satu yang lebih bagus dan keharusan diatas satunya. Keduanya adalah perjanjian antara manusia pada sang Khuddusu. Namun untuk saat ini, tak perlu kamu memikirkan ini semua. Saat-saat itu pasti akan datang padamu, tak perlu kau mencarinya, karena sang Waktu sendiri yang akan membimbingmu padanya. Menghadapi dan mengerti, dua hal yang perlu kamu ingat bila saat itu tiba.

Rakha, hiruplah wangi yang keluar dari tiap butiran keringat Bundamu. Ambilah tiap tetes air susu kasih sayang itu untukmu seorang. Janganlah kau ragu untuk terus meminta pada Bundamu. Tak perlu kau merasa gudah akan itu semua, karena Tuhan telah memilih Bundamu.

Rakha, diantara tangismu, sempatkanlah kau bersujud dan mencium kaki Bundamu. Membisikkan sebait doa dan kekuatan, untuk Mu, Bundamu dan untuk Ku…

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home